China Berpotensi Rugi Miliaran Dolar AS

BEIJING, grahanusantara.co.id  – Dalam mengantisipasi kerugian yang diakibatkan virus corona, otoritas China melakukan berbagai cara. Beberapa hal di antaranya seperti pemangkasan pajak, mendorong belanja negara serta pemangkasan suku bunga bank sentral.

Dikutip dari CNN, pada Minggu (2/2/2020) dampak ekonomi dari virus tersebut masih belum bisa ditentukan. Tetapi, salah satu media pemerintah dan beberapa ekonom menilai pertumbuhan ekonomi China bisa jadi terpangkas hingga 2 persen kuartal ini lantaran wabah corona yang saat melanda China.

Sebab, kerberadaan corona virus telah membuat sebagian besar aktifitas ekonomi di negara tersebut terhenti. Pada kuartal pertama tahun ini, China bisa jadi kehilangan momentum pertumbuhan hingga 62 miliar dollar AS.

Padahal pada tahun lalu, China sudah menjadi rekor pertumbuhan ekonomi  yang terendah sejak dari 29 tahun lalu, akibatnya utang yang meningkat dan perang dagang dengan Amerika Serikat.

Corona virus yang pertama kali muncul di pusat kota Wuhan ini, telah menewaskan lebih dari 200 jiwa dan ribuah orang  terinfeksi corona virus. Serta, jumlah tersebut jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah korban SARS yang terjadi pada tahun 2003 lalu.

Sebelum kemunculan dari corona virus tersebut. Pemerintah China lebih kwatir akan terjadinya risiko kerusuhan akibat jumlah pengangguran yang terus meningkat.

Sampai saat ini, para pembuat kebijakan telah mengupayakan untuk melakukan langkah-langkah untuk mendorong dunia usaha yang langsung terdampak virus tersebut.

Bank dan pemerintah setempat telah mengalokasikan dana sebesar 12,6 miliar dollar AS untuk perawatan dan peralatan medis, akibat dari virus tersebut.

Selain itu, beberapa bank besar juga telah memangkas suku bunga untuk usaha kecil dan individu untuk daerah-daerah yang paling terdampak tersebut.

Bank China mengatakan akan tetap mengizinkan orang-orang di Wuhan dan di Provinsi Hubei lainnya untuk menunda pembayaran utang mereka dalam beberapa bulan ke depan jika orang di Wuhan tersebut kehilangan lapangan pekerjaan akibat dari virus ini.

Bank sentral People Bank of China menyatakan akan memastikan terdapat likuiditas yang cukup di pasar keuangan,  jika akan dibuka kembali Senin (3/1/2020) setelah masa libur Tahun Baru China usai.

Komentar