Dari Agostini Hingga Rossi, 4 Generasi Deretan Pembalap Tersukses di MotoGP

Graha Nusantara – Sejak pertama kali dihelat pada tahun 1949, kompetisi MotoGP sudah melahirkan beberapa nama-nama terbaik. jika dirangkum dalam garis waktu, terhitung ada empat generasi penting yang pernah terlibat di ajang balap motor tahunan itu.

Dimulai dari pembalap Italia, Giacomo Agostini yang memenangkan gelar pertamanya di kelas utama pada tahun 1966. Hingga delapan musim setelahnya, Agostini tak pernah kehilangan gelar. Pencapaian itu membuat dirinya dijuluki ‘Pria Tak Terkalahkan’.

Setelah era Agostini, ajang MotoGP kembali ramai, ketika pembalap asal  Australia Mick Doohan tampil dominan pada periode 1994 sampai 1998. Sama seperti Agostini, sosok yang figurnya masih diagungkan hingga kini, berhasil mengamankan mahkota juaranya selama lima tahun berturut-turut.

Memasuki era modern, Valentino Rossi sukses membuat mata penonton MotoGP terbelalak. Di usianya yang belum sampai 19 tahun, pria berjuluk The Doctor ini sukses meraih gelar pertamanya. Total, ia telah mengoleksi sembilan trofi sejak debutnya dimulai 1997 lalu.

Setelah Agostini dan Doohan pensiun, dan Rossi yang mulai kehilangan sentuhan membalapnya, kini muncul nama baru di generasi keempat, yaitu Marc Marquez.

Pembalap yang lahir di kota kecil bernama Cervera, Spanyol, dia merupakan fenomena baru di ajang MotoGP. Bahkan, ia berhasil melampaui raihan pembalap dari tiga generasi sebelumnya, dengan berhasil mengumpulkan sembilan gelar juara di usianya yang terbilang masih muda itu.

Usia Marquez baru 27,  jadi, perjalanannya di dunia MotoGP masih teramat panjang. Masih Banyak rekor di masa depan yang dapat dipecahkan. Asalkan  bisa menjaga kondisi serta performa di lintasan.

Mantan pelatih Rossi, Luca Cadalora menyebutkan, bahwa Marquez merupakan sosok terbaik yang pernah lahir dari rahim motoGP. Bahkan, ia tak sungkan mengklaim, bahwa pria asal Spanyol itu jauh lebih menakutkan dari pada anak asuhnya.

“Saya tak pernah melihat hal macam ini. Marc terlalu menakutkan. Ia sangat kuat. Ia mengambil risiko yang sangat tinggi. Ia tak selalu berpikir panjang, atau justru selalu hanya memikirkan performa maksimal,” katanya pada pewarta.(*)