Hacker Curi Rp. 2,8 Triliun dari Platform Trading Kripto

Gawat hacker berhasil curi Rp. 2,8 Triliun dari platform trading kripto, dalam pernyataannya, Bitmart menyebut insiden tersebut sebagai “pelanggaran keamanan skala besar”.

Atas kejadian tersebut, Bitmart menangguhkan seluruh penarikan dalam platform sementara hingga pemberitahuan lebih lanjut. Serta juga mengatakan sedang melakukan tinjauan keamanan, Senin (6/12/2021).

Laporan peretasan ini diketahui oleh perusahaan keamanan Blockchain dan analisis data, Peckshield. Pada hari Sabtu terlihat salah satu alamat Bitmart yang melakukan arus keluar uang stabil bernilai puluhan juta dolar ke alamat peretas tersebut.

Perusahaan menambahkan pelaku mencuri aset sekitar US$150. Namun Peckshield kerugian lebih besar lagi hampir US$ 200 juta.

Menurut Peckshield, Bitmart kehilangan US$100 juta dalam berbagai mata uang kripto di blockchain ethereum. Sementara US$96 juta sisanya adalah dari koin Binance smart chain.

Para pelaku keamanan siber itu berhasil mencuri dengan campuran 20 token, seperti koin Binance, safemoon, dan Shiba Inu.

Namun menurut penuturan Bitmart, hanya persentase kecil ‘hot wallet’ Ethereum dan Binance smart chain yang terdampak. Perusahaan juga memastikan wallet lain dalam keadaan “aman dan tidak berbahaya”.

Bitmart mengatakan belum jelas metode apa yang digunakan untuk menjebol platformnya. Namun apa yang terjadi setelahnya, Peckshield mengatakan merupakan kasus klasik dari ‘transfer-out, swap, dan wash’.

Setelah berhasil mencuri dana dari Bitmart, peretas sepertinya menggunakan agregator pertukaran terdesentralisasi dikenal sebagai ‘1 inch’. Ini dilakukan untuk menukar token yang dicuri dengan Ether.

Dari sana koin Ether disimpan ke dalam mixer privasi atau dikenal sebagai Tornado Cash. Dengan cara ini membuatnya lebih sulit lagi untuk dilacak.