Jerinx Berharap Rapid Test Ibu Hamil Dihilangkan

Grahanusantara.co.id, Denpasar – Jerinx SID yang memiliki nama asli I Gede Ari Astina terus menyuarakan dengan lantang agar syarat rapid test alias ibu hamil ditiadakan. Hal itu, dia ungkapkan usai mengikuti sidang ‘IDI Kacung WHO’ di Pengadilan Negeri (PN) Denpasar.

“Sidang yang Selasa kemarin kan kami menghadirkan saksi korban dari Mataram ya. Ya kasus itu bukan cuma satu, dua kali. Banyak banget di Indonesia dan sampai sekarang pun ibu hamil masih di-rapid,” kata Jerinx kepada wartawan, Kamis (22/10/2020).

“Saya sih cuma berharap agar syarat rapid itu, terutama untuk ibu-ibu hamil itu, sudah darurat tuh, agar tidak usahlah,” sambung dia.

Jerinx menyampaikan banyak ibu hamil yang jadi korban akibat prosedur rapid test. Dia menuturkan dalam sehari ada ribuan ibu hamil di Indonesia.

“Gitu karena korban sudah jelas-jelas ada dan sehari itu di Indonesia ada ribuan ibu hamil bayangkan itu. kan gak semua terdeteksi oleh media harapan saya itu aja semoga ibu hamil stop di test rapid untuk itu,” ujar Jerinx.

Di sidang sebelumnya, Selasa (20/10), penasihat hukum Jerinx SID mendatangkan salah satu ibu hamil yang kehilangan bayinya karena prosedur rapid test. Korban bernama Gusti Arianti yang akan melakukan persalinan di salah satu RS di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Tidak kenal dengan (Terdakwa). Saya setuju karena memang ibu hamil itu tidak ditangani terlebih dahulu. Jadinya saya ke sini mau ngasih pernyataan bahwa saya alami sama seperti apa yang dibilang oleh Bapak Jerinx,” kata Gusti Arianti dalam persidangan di Pengadilan Negeri Denpasar, Selasa (20/10).

Lebih lanjut ketua majelis hakim persidangan Nyoman Ayu Adnyana Dewi menanyakan terkait pernyataan yang di-posting Jerinx SID. Gusti Arianti juga membeberkan kejadian

“Prosedur rapid test untuk ibu hamil. Awalnya tidak diketahui, saya pecah ketuban dulu, baru saya dikasih tahu kepada petugasnya, 18 Agustus 2020, 2 bulan yang lalu (kejadiannya),” ujarnya.

Gusti Ayu menceritakan lebih rinci apa yang dialaminya itu. Dia mengatakan pihak rumah sakit memintanya rapid test terlebih dahulu. Padahal, kata Gusti Ayu, saat ini kondisi ketuban dia sudah pecah, sehingga hal itulah yang membuat anak yang dikandungnya meninggal.