Perkembangan Islam di Desa Sitohang

Grahanusantara.co.id, Sidikalang – Dahulu saat Indonesia masih dijajah Belanda dan Jerman dibagian Sumatera Utara saat ini tinggallah beberapa keluarga disebuah desa kecil bernama Desa Sitohang, mereka ini adalah keluarga besar marga Sitohang (Op.Marhudaga Sitohang), dimana dalam istilah batak toba mereka ini disebut sebagai Raja Nihuta/Raja Nitano/Tuan Tanah, disebut demikian karena mereka memiliki tanah yang luas dengan beberapa bidang didaerah ini serta dikarenakan mereka yang pertama kali datang kedaerah ini lalu menjadikannya sebuah pemukiman atau desa dengan nama yang diambil dari marga mereka sendiri yaitu Sitohang (Desa Sitohang).

Menjadikan nama marga menjadi nama desa merupakan suatu hal yang biasa dikalangan orang batak, hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa pemilik marga tersebutlah yang terlebih dahulu didaerah tersebut sebagai pemrakarsa/pendiri kampung/Raja Tanoh. Keluarga besar Sitohang yang tinggal didesa sitohang ini adalah keluarga penganut agama kristen (Bukan HKBP zaman sekarang/non muslim)

Namun singkat kisah, sekitar tahun 1893-an seorang pemuda anak laki-laki dari bagian keluarga Op.Marhudaga Sitohang bernama Zakki Nali Sitohang memutuskan untuk pergi merantau ke padang sidempuan daerah barus, disaat masih berusia yang cukup muda, dan disanalah beliau Zakki Nali belajar dari banyak orang serta suasana kehidupan sosial di Padangsidempuan, Saat diperantauan ini pula beliau bertemu dengan jodohnya, akan tetapi jodoh beliau ini adalah seorang wanita beragama Islam S.br Hasibuan hal ini dikarenakan padang sidempuan adalah salah satu daerah yang masyarakatnya mayoritas memeluk agama Islam serta merupakan bagian masuknya dakwah Islam di Sumatera Utara sehingga disana berpenduduk mayoritas Islam.

Ketika bertemu dan menikahi S.br Hasibuan inilah beliau Zakki Nali Sitohang memeluk agama islam (Muallaf) dan tinggal di padang sidempuan untuk beberapa waktu, setelah itu Zakki Nali Sitohang pergi pulang kampung ke desa sitohang dengan membawa istrinya S.br Hasibuan dan tinggal menetap di Desa Sitohang.

Saat sudah menetap di Desa Sitohang dan Zakki Nali menjadi kepala desa di Desa Sitohang, Zakki Nali dan S.br Hasibuan memulai dakwah penyebaran Islam dengan mengajak bagian-bagian keluarganya terlebih dahulu untuk memeluk agama Islam dengan sukarela tanpa adanya pemaksaan lalu mengajari dan membimbing mereka akan ajaran-ajaran agama Islam, hal ini sangat bersesuaian dengan apa yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW saat pertama sekali menyebarkan agama Islam di Arab yang diawali dari kalangan keluarga terlebih dulu

Pada tahun 1910 saat telah menetap didesa sitohang Zakki Nali membangun Surau sederhana dengan beratapkan ijuk yang diambil dari batang aren, saat membangun Surau ini Zakki Nali  bekerjasama dengan  para keluarganya khususnya yang telah memeluk agama Islam, lokasi Surau ini tepat berada dilokasi pemakaman Islam yang saat ini, serta dalam sejarahnya Masjid yang saat ini berlokasi di Jln.Dolok Sanggul – Sidikalang Km 23 ini telah mengalami 5 kali perpindahan tempat yang dimana berawal saat Surau yang pertama kali dibangun terbakar oleh lahapan sijago merah yang menjalar dari arah ladang warga menuju Surau tersebut.

Saat menetap didesa sitohang dan menjadi kepala desa, Zakki Nali tidaklah hanya memprioritaskan warganya yang beragama Islam saja, namun saat pengadaan Surau yang saat ini bernama Masjid, Zakki Nali tetap juga memperhatikan warga sekaligus para keluarganya yang masih tetap beragama Kristen, saat pengadaan Surau ada beberapa warga yang pindah lalu merantau keluar dari Desa Sitohang untuk mengubah dan mencari kehidupan yang baru, lalu Zakki Nali dan beberapa dari bagian keluarganya membeli rumah mereka yang telah berpindah itu lalu mengubahnya menjadi Sekolah untuk tempat belajar bagi anak-anak didesa sitohang (yang saat ini telah menjadi SDN 030295 Sitohang), dan rumah yang lainnya digunakan sebagai tempat untuk beribadah bagi umat Kristen didesa sitohang (Saat ini telah menjadi gereja HKBP Sitohang)

Seiring berjalannya waktu tentu saja Masjid, Sekolah dan Gereja tersebut telah berubah-ubah lokasi dan bentuknya didalam desa sitohang, namun itu berawal dari tahun 1910 dimana selama hidupnya  Zakki Nali Sitohang & S.br Hasibuan tidak dikarunia anak satupun, oleh karena hal ini jugalah Zakki Nali berwasiat kepada keluarga dan warga didesa sitohang bahwa dalam pembangunan ketiga tempat ini, yaitu Masjid, Gereja dan Sekolah adalah bagian dari keturunannya, dimana Masjid tempat ibadah orang Islam dijadikan sebgai anak laki-lakinya, Gereja tempat ibadah orang kristen sebagai anak perempuannya dan Sekolah tempat anak-anak warga menimba ilmu dijadikan sebagai cucunya.

Berawal dari sejarah yang demikianlah umat islam dan umat kristen didesa sitohang tidak pernah berkonflik tetap hidup berdampingan dengan harmonis karena generasi-generasi didesa sitohang merupakan satu rumpun dalam kekeluargaan sekaligus sebagaimana dari perlakuan yang dipraktekkan Zakki Nali Sitohang dan Istrinya S.br Hasibuan yang sebagai kepala desa dan sebagai pembawa agama Islam di Desa Sitohang.

Islam didesa sitohang yang dibawakan oleh Zakki Nali Sitohang ini berawal dari mereka berdua sebagai Islam yang pertama kali di Desa Sitohang lalu disusul oleh beberapa dari orang bagian keluarganya lalu seiring dengan berjalannya waktu hingga saat ini islam telah berkembang dengan jumlah melebihi 60 kepala keluarga serta didukung dengan kondisi bangunan masjid yang cukup memadai, dimana ini merupakan salah satu bentuk semangat ke-Islaman umat Islam di Desa Sitohang, yang masih tetap meneyebarkan Islam, menghidupkan masjid serta pengajian untuk anak-anak di Desa Sitohang hingga saat ini.

Dan dalam sejarahnya perkembangan masjid dan umat Islam di Desa Sitohang sejak berdiri masih dipimpin oleh 5 orang yang disebut sebagai ketua BKM dan mereka ini para orang tua yang dipercaya oleh umat islam desa sitohang untuk memimpin dan memanagement Islam di Desa Sitohang mereka ini adalah :

1. Bapak Zakki Nali Sitohang (Islam Pertama di Desa Sitohang)

2. Oppung Sarni Sagala

3.  Bapak Zahiya Sinaga

4. Bapak Jongar Simarmata

5. Bapak Ali Imran Hasibuan (hingga kini).

Dijadikan Masjid Al-Jiihad Desa Sitohang karena begitu banyaknya perjuangan warga dalam menyebarkan islam dan membangun tempat ibadah ini yang berawal dari Surau hingga menjadi Masjid sampai 5 kali pindah dan tempat kelima yang sekarang adalah pembangunan permanent serta dilakukan peletakan batu pertamanya saat tahun 2002.