Kenali Gejala Rematik Palindromik

Grahanusantara.co.id, Jakarta – Tak jauh beda dengan artritis reumatoid, rematik palindromik bisa menyebabkan gejala termasuk nyeri sendi dan peradangan. Namun, pada rematik palindromik, ia bisa muncul tanpa peringatan dan dapat berlangsung berjam-jam atau beberapa hari. Sekitar setengah dari orang dengan rematik palindromik juga akan mengembangkan artritis reumatoid.

Rematik palindromik ditandai dengan serangan nyeri pada sendi dan jaringan di sekitarnya. Gejala yang terjadi umumnya sama seperti beberapa jenis rematik atau bentuk artritis lainnya, seperti:

-Rasa sakit.
-Pembengkakan.
-Kekakuan.
-Kemerahan di dalam dan sekitar persendian.

Sendi besar, lutut, dan jari paling sering mengalami rematik palindromik dan mungkin atau mungkin tidak disertai dengan demam atau gejala sistemik lainnya. Jenis rematik ini juga memiliki pola gejala yang berbeda yang membedakannya dari jenis nyeri sendi lainnya, seperti misalnya:

• Melibatkan satu hingga tiga sendi.
• Mulai tiba-tiba dan berlangsung beberapa jam atau hari sebelum kekambuhan yang spontan terjadi.
• Terulang dengan frekuensi yang tidak dapat diprediksi, meskipun beberapa orang dapat mengenali pola dan mengidentifikasi pemicu.
• Di antara episode, pengidap rematik palindromik bebas dari gejala dan dapat berlangsung berhari-hari atau berbulan-bulan di antara serangan.

Rematik palindromik dianggap sebagai sindrom tumpang tindih. Pasalnya jenis rematik ini memiliki karakteristik penyakit autoimun dan autoinflamasi, tetapi penyebab yang mendasarinya tidak diketahui.

Penyakit ini dianggap sebagai rangkaian rheumatoid arthritis dan dapat meningkatkan risiko seseorang pada akhirnya mengembangkan rematik. Beberapa peneliti percaya ini hanyalah tahap RA yang sangat awal.

Dilaporkan bahwa rematik palindromik memengaruhi pria dan wanita secara merata dan biasanya dimulai antara usia 20 dan 50 tahun. Beberapa peneliti juga menduga bahwa episode disebabkan oleh reaksi alergi, meskipun tidak ada bukti yang meyakinkan untuk mendukung teori ini.

Selama serangan rematik palindromik, dokter mungkin menyarankan resep obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk membantu meredakan nyeri dan peradangan. Steroid oral atau suntikan steroid lokal juga dapat dimasukkan dalam rencana pengobatan saat kambuh.

Obat resep yang diberikan bisa diminum setiap hari untuk mencegah serangan mendadak. Ini mungkin melibatkan obat anti-rematik yang mengubah penyakit (DMARDs). Plaquenil (hydroxychloroquine) adalah DMARD yang paling umum untuk rematik palindromik. Obat-obatan yang lebih kuat seperti methotrexate dan sulfasalazine, yang sering digunakan untuk bentuk arthritis lainnya, juga bisa menjadi pilihan untuk jenis rematik ini.

Penggunaan obat antimalaria seperti Plaquenil pada orang dengan rematik palindromik telah dikaitkan dengan penurunan risiko pengembangan RA atau penyakit jaringan ikat lainnya.

Pengidap rematik palindromik juga bisa mengambil langkah tambahan untuk membantu mengelola gejala selama kambuh, termasuk di antaranya adalah:

• Mengistirahatkan sendi yang nyeri.
• Menerapkan es atau panas.
• Meski tidak diketahui apakah pola makan tertentu berperan dalam rematik palindromik, tetapi terkadang diet anti-inflamasi akan dianjurkan.