Walaupun Telah Divaksin, Tetap Dapat Tertular dan Menularkan Virus

Grahanusantara.co.id, , Jakarta – Vaksinasi COVID-19 sudah mulai dilaksanakan di berbagai negara. Masyarakat Indonesia pun sedang menanti kapan mendapat jadwal penyuntikan. Beberapa waktu lalu, Presiden Indonesia, Joko Widodo, serta sejumlah artis, influencer, dan tokoh masyarakat sudah menjalani penyuntikan pertama vaksin corona.

Namun, banyak yang masih menyangka bahwa setelah disuntik vaksin corona, lantas akan langsung kebal dari COVID-19. Hal ini tentu perlu diluruskan, karena setelah divaksin, kamu masih tetap bisa tertular dan menularkan virus corona.

Dokter spesialis paru, Jafar Abunasser, MD., menjawab pertanyaan mengapa masih bisa tularkan virus corona setelah divaksin, dalam laman Cleveland Clinic. Mendapatkan vaksin tidak berarti kamu secara otomatis kebal terhadap virus.

Perlu waktu 10-14 hari agar vaksin dapat bekerja, mengembangkan respons antibodi. Terlebih jika baru mendapatkan satu suntikan (dosis pertama), kamu baru akan mendapatkan respons imun parsial. Jadi dr. Abunasser menekankan pentingnya tetap mempraktikkan protokol kesehatan, agar semua orang tetap aman selama pandemi.

“Vaksin memang memberikan perlindungan, tetapi bahkan setelah dua dosis, vaksin memberimu sekitar 94 atau 95 persen tingkat perlindungan. Terlepas dari kenyataan bahwa kamu mungkin dilindungi, kami tidak dapat memberi tahu apakah kamu masih berisiko menjadi pembawa tanpa gejala dan memiliki kemampuan untuk membawa virus dan menyebarkan virus ke orang lain,” ungkapnya.

Dr. Abunasser mengatakan bahwa ketika vaksin diuji, terbukti melindungi penerima dari penyakit itu sendiri. Namun, itu tidak berarti bahwa orang yang kebal tidak dapat membawa virus jika mereka terpapar. Sebaliknya, itu hanya berarti jauh lebih kecil kemungkinannya untuk sakit atau mengembangkan gejala yang parah.

“Kami tidak tahu apakah mendapatkan kekebalan melalui vaksinasi juga mencegah kamu membawa virus tanpa gejala dan melepaskannya, bahkan jika kamu sendiri terlindungi,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa meskipun kedua vaksin tersebut terbukti sangat efektif, melindungi hingga 95 persen dari penerimanya, tidak ada cara untuk mengetahui siapa 5 persen lainnya.
engan kata lain, belum diketahui siapa yang akan mendapatkan vaksin dan bukan menjadi “responder”, serta masih berisiko tertular COVID-19.

Karena masih ada sedikit ketidakpastian tentang cara kerja semuanya, dr. Abunasser menekankan pentingnya tetap waspada untuk menghentikan penyebaran COVID-19.