Trypophobia, Definisi Hingga Penanganan

Grahanusantara.co.id, Jakarta – Trypophobia adalah ketakutan atau jijik yang luar biasa akan lubang-lubang yang padat dan banyak. Orang yang mengalami kondisi ini merasa tidak nyaman saat melihat permukaan yang memiliki lubang-lubang kecil dalam jumlah banyak yang berdekatan.

Sebagai contoh, bagian kepala biji bunga lotus atau permukaan buah stroberi dapat memicu timbulnya rasa tidak nyaman pada orang yang mengalami fobia ini.

Fobia ini belum dikenal secara resmi. Penelitian mengenai trypophobia juga masih terbatas. Saat ini, penelitian yang ada masih mempertimbangkan perlu tidaknya kondisi ini dianggap sebagai kondisi medis yang resmi dan terpisah dari fobia jenis lainnya.

Penyebab

Penyebab timbulnya trypophobia tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi, beberapa hal atau benda diketahui merupakan pemicu timbulnya rasa tidak nyaman pada orang yang mengalami kondisi ini, termasuk:

  • Biji bunga lotus
  • Sarang madu
  • Stroberi
  • Terumbu karang
  • Busa logam aluminium
  • Delima
  • Gelembung
  • dan benda-benda sejenisnya

Belum banyak informasi yang didapatkan dari penelitian mengenai faktor risiko yang dikaitkan dengan trypophobia. Salah satu penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 menemukan adanya kemungkinan kaitan antara trypophobia dan gangguan depresi mayor dan gangguan cemas secara menyeluruh.

Gejala

Tanda dan gejala fobia umumnya dikatakan terpicu bila orang dengan kondisi ini melihat obyek dengan kumpulan lubang-lubang atau bentuk yang menyerupai lubang. Saat melihat lubang-lubang yang berkelompok tersebut, orang dengan trypophobia umumnya menunjukkan reaksi berupa rasa takut, cemas tingkat tinggi, atau jijik.

Beberapa tanda dan gejala yang dapat timbul mencakup:

  • Merinding
  • Rasa tidak nyaman
  • Distres
  • Merasakan sensasi aneh pada kulit yang tidak dipicu oleh obyek eksternal
  • Serangan panik
  • Berkeringat
  • Rasa mual
  • Gemetar pada tubuh

Diagnosis

Untuk menentukan diagnosis adanya suatu fobia, termasuk trypophobia, dokter dapat mengajukan serangkaian pertanyaan terkait dengan gejala yang dialami. Dokter juga dapat melakukan wawancara medis mengenai riwayat kesehatan, kondisi mental, dan relasi sosial. Dokter dapat menggunakan panduan diagnostik yang dianut.

Trypophobia sejauh ini bukan merupakan kondisi yang dapat didiagnosis secara resmi. Ini karena fobia tipe ini belum secara resmi dikenal oleh sebagian besar asosiasi medis dan kesehatan jiwa.

Penanganan

Penanganan fobia, termasuk trypophobia, dapat bervariasi. Umumnya, salah satu cara penanganan yang efektif adalah dengan terapi ekspos atau exposure therapy. Terapi jenis ini merupakan tipe psikoterapi yang berfokus pada upaya mengubah respons terhadap obyek atau situasi yang menyebabkan rasa takut.

Tipe penanganan lain untuk fobia adalah cognitive behavioural therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif. Terapi jenis ini merupakan kombinasi terapi ekspos dengan teknik lainnya. Terapi ini bertujuan membantu mengatasi rasa cemas dan menjaga agar pikirannya sendiri tidak membuat orang yang bersangkutan menjadi tidak nyaman.

Beberapa pilihan penanganan yang dapat membantu mengendalikan fobia adalah:

  • Berkonsultasi dengan psikiater atau psikolog
  • Terapi obat tertentu untuk mengatasi gejala kecemasan dan serangan panik
  • Menjalani secara teratur teknik relaksasi, seperti latihan pernapasan dalam atau meditasi
  • Melakukan secara teratur latihan pengendalian fisik dan mental seperti yoga
  • Menjalani aktivitas fisik dan olahraga teratur untuk mengatasi kecemasan
  • Latihan pernapasan, observasi, mendengar, dan strategi lainnya untuk membantu mengendalikan stres
  • Menjalani teknik hypnoterapi

Pencegahan

Karena penyebab dari trypophobia belum diketahui secara pasti, belum ada metode yang terbukti efektif secara sepenuhnya dalam mencegah timbulnya gangguan ini.