Hadits Arba’in Tentang Kewajiban Mengingkari Kemungkaran – Arab dan Terjemahannya

Graha Nusantara, Jakarta – Rasulullah berpesan untuk mengubah kemungkaran dengan kekuasaannya apabila melihat kemungkaran. Apabila tidak mampu maka ubah dengan lisannya.

Sementara itu, apabila masih tidak mampu maka ingkari kemungkaran tersebut dengan harinya. Hal tersebut merupakan selemah-lemahnya iman.

Berikut hadits arba’in mengenai kewajiban mengingkari kemungkaran beserta terjemahannya:

عَنْ أَبِيْ سَعيْدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطعْ فَبِقَلبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإيْمَانِ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Terjemahan : Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu dia berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya dia ubah dengan tangannya (kekuasaannya). Kalau dia tidak mampu hendaknya dia ubah dengan lisannya dan kalau dia tidak mampu hendaknya dia ingkari dengan hatinya. Dan inilah selemah–lemahnya iman.” (HR. Muslim)