Jepang Tunda Vaksinasi Akibat Kekurangan Jarum Suntik

Grahanusantara.co.id, Tokyo – Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga menyebut negara itu akan segera memulai vaksinasi virus Corona pada minggu depan.

Meski target telah ditetapkan, Jepang masih berusaha keras mendapatkan pasokan jarum suntik yang cukup agar penggunaan dosis vaksin tidak sia-sia.

Jepang telah mencapai kesepakatan dengan tiga perusahaan besar untuk membeli dosis vaksin Corona untuk 126 juta populasinya. Meski belum merinci jumlah dosis yang akan disiapkan. Vaksin Pfizer-BioNTech kemungkinan akan menjadi vaksin pertama yang disetujui untuk digunakan di Jepang dalam beberapa hari mendatang, menyusul uji klinis dalam negeri yang diwajibkan oleh otoritas kesehatan negara tersebut.

“Ketika kita telah mengkonfirmasi kemanjuran dan keamanan vaksin, kita akan memulai vaksinasi pada pertengahan minggu depan,” kata Yoshihide Suga.

Jepang sedang berusaha untuk mengamankan persediaan jarum suntik khusus untuk dapat mengekstrak enam dosis penuh dari setiap botol vaksin Pfizer.

Jarum suntik lain umumnya hanya dapat mengambil lima dosis – artinya dosis yang terakhir harus dibuang.

“Masalah jarum suntik dapat memaksa negara tidak bisa cukup memberikan dosis vaksin Pfizer untuk 12 juta orang,” demikian perkiraan media lokal.

“Awalnya kami akan pakai jarum suntik yang bisa mengambil enam dosis, tapi karena kami memvaksinasi banyak orang, itu akan menjadi langka,” kata Menteri Kesehatan Norihisa Tamura, Selasa (9/2).

“Kami sedang bekerja keras untuk mengamankan jarum suntik. Kami meminta produsen peralatan medis untuk meningkatkan produksinya,” katanya kepada parlemen.

Sekitar 10.000 pekerja medis akan menjadi orang pertama yang divaksinasi di Jepang, dengan para pejabat berharap untuk memperluas vaksinasi kepada orang tua mulai April mendatang.

Toshio Nakagawa, kepala Asosiasi Medis Jepang, mengatakan kurangnya informasi tentang kampanye vaksin menyebabkan kebingungan di kalangan pekerja medis. Tetapi dia mengatakan pada konferensi pers hari Rabu (10/2) bahwa petugas medis berkomitmen pada program vaksinasi.