APARA : Ajak Mas Nadim, Jalan-Jalan, Pendidikan Daring Menambah Derita

Grahanusantara.co.id – Kementrian Kebudayaan dan Pendidikan yang di pimpin oleh Mas Nadiem Makarim, semakin kelihatan anehnya dikarenakan Mas Nadim-nya kurang jalan-jalan kunjungan ke sekolah hingga pelosok negeri.

Dimanakah kebijakan Mas Nadiem ini yang tidak kontra terhadap uji coba pendidikan Indonesia, belum lagi beberapa hari ini program POP beberapa organisasi terbesar di Indonesia yang telah banyak mempengaruhi dan menciptakan generasi dari dunia pendidikan Indonesia, yaitu Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama dan PGRI, semuanya mundur dari program tersebut .

Aliansi Pemuda Sumatera Utara Ilham Fadli Kordinator Presidium memandang “Mas Nadiem, kalau mas sering berjalan mungkin anda mengenali sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, salah satunya dari sekian banyak mungkin Mas Nadiem pernah menonton film Laskar Pelangi.” Ujarnya

Indonesia ini besar, bukan hanya Kota Jakarta, masih ada desa tertinggal dan masih ada bangunan sekolah yang tidak seperti sekolah, ada sekolah dibalik gunung, hingga di kaki-kaki gunung, pernahkah Mas Nadim jalan-jalan?

Mungkin Menteri Pendidikan Nadiem perlu tinjau kembali untuk program pendidikan jarak jauh ataupun daring, apakah ini sudah sesuai dengan pembukaan UUD 45, dan apakah negara hadir ini bagian dari mencerdaskan anak bangsa? Mengurangi beban para siswa dan orang tua, masih ada di desa, anak yang tidak mau sekolah , apalagi dengan sistem jarak jauh dan daring ini berlaku, ini adalah kesalahan besar Nadim. Ikut serta dalam memutus mata rantai generasi penerus bangsa, lanjut Fadli “banyak orang tua murid yang harus ngutang hingga ada yang mencuri untuk memenuhi program Mas Nadiem berlakukan. Karena semua butuh android, laptop hingga paket data”. Jelasnya sambil merasa kecewa.

Menjadi pertanyaannya apakah solusi yang ditawarkan dengan dana BOS ini cukup untuk membeli paket data? Satu bulan ada 26 hari 7-8 jam proses pembelajaran, apakah sudah di survey ini?

Jangan hanya sebatas Nadiem mengeluarkan janji-janji dan angan-angan hanya untuk meredam masyarakat sementara, tetapi konkritnya tidak ada.

Indonesia sudah maju, bila Covid 19 ini yang dijadikan alasan dasar sehingga pendidikan harus jarak jauh dan daring. Maka Indonesia sudah menerapkan new normal, yang mana ini adalah kebiasaan baru dan setiap aktivitas diatur sesuai protokoler kesehatan. Ini bisa saja sekolah dibuka dan diterapkan. Boleh dong Mas Nadiem ini di uji terlebih dahulu. Aliansi Pemuda sumatera Utara ( Apara) lebih mempertegas akan seriusan mereka jika diperlukan “bila diperlukan untuk menyusun bagaimana pendidikan Tatap muka berlangsung di new normal, Apara siap. Karena semua orang ingin sehat, ingin pintar dan ingin dikurangi beban nya atas pimpinan yang kurang jalan jalan.” Tegas Fadli