Kearifan Lokal Berbasis Pancasila sebagai Benteng Pengaruh Budaya Negatif

Grahanusantara.co.id, Toba – Ketua Umum Komite Permainan dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) Zaini Alif menyebut Kearifan local yang berbasis nilai- niai Pancasila dapat membentengi dari budaya negative yang saat ini telah mengancam anak-anak generasi Bangsa.

“Permainan-permainan tradisional adalah banteng dari budaya negatif yang berbagai sumber salah sataunya ketergantungan pada gadget”, ujarnya saat menjadi narasumber FGD Toba Kaldera Festival Pancamain Indonesia di Kabupaten Toba Sumatera Utara, Jum’at, (10/3).

Menurut doktor yang menemukan 2.600 jenis permainan tradisional di Indonesia itu berkembangnya teknologi menjadi suatu tantangan bagi orang tua, guru dan stakeholders dalam mengantisipasi hal-hal yang mempengarhui anak.

“Padahal banyak sekali jenis permainan tradisional yang mengandung nilai-nilai luhur di Indonesia dan itu warisan nenek moyang kita” ujarnya.

Ia bahkan menyebutkan permainan tradisional terbukti meningkatkan IQ, SQ dan EQ anak-anak.

“Para peneliti atau para ahli juga telah menyebutkan permainan tradisional meningkatkan kecerdasan anak”, tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama Koordinator pelaksana juga Analis Kebijakan Ahli Madya BPIP Yelvi Azwita mengapresiasi kepada pemerintah Kabupaten Toba, KPOTI Kabupaten Toba, KPOT Provinsi dan Pusat yang telah menyelenggarakan Festival dan dan FGD.

Ia berharap dengan Event ini terus dapat diselenggarakan di Daerah lain sebagai upaya membentuk karakter Pancasila kepada anak-anak.

“Ini upaya kita di BPIP sebagai membentuk karakter generasi muda yang berkarakter Pancasila”, paparnya.

Menurutnya generasi muda adalah penerus bangsa yang akan memimpin Indoensia, penanaman nilai Pancasila pada geneasi muda akan semakin membuat mereka pintar dan memiliki sikap toleransi dan akan menjadi jati diri generasi muda.

“Besar harapan kami Pancamain ini dapat dimanfaatkan  di sekolah-sekolah dan dapat diperkenalkan kepada tenaga pendidik dan anak didik di seluruh Kabupaten Toba sebagai penguatan pembelajaran pancasila”, jelasnya.

BPIP juga memberikan apresiasi kepada anak-anak sekolah, Guru dan Kepala sekolah yang antusias, riang gembira yang sudah berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

“Kami juga berterimakasih kepada siswa-siswi, guru dan kepala sekolah yang luar biasa ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini”, ucapnya.

Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah IX Provinsi Sumatera Utara Alfred H. Silalahi juga mengapresiasi kegiatan tersebut, bahkan ia akan merekomendasikan hasil kegiatan tersebut untuk menjadi ekstra kulikuler di masing-masing sekolahnya.

“Kami sangat mengapresiasi kepada BPIP dan KPOTI yang sudah menginisiasi kegiatan ini, Kami jadi terinspirasi dengan kegiagan ini, kami akan tampung rekomendasi-rekomnedasi dari KPOTI”, ujarnya saat membuka kegiatan.

Ketua KPOTI Sumetera Utara Agustin Sastrawan Harahap menyatakan digelarnya Pestival ini untuk lebih memberikan gairah kepada generasi khususnya para pelajar yang ada di Sumatera Utara. Kpoti Sumut saat ini fokus dalam upaya penyelematan generasi seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi permainan tradisional atau budaya sudah mulai punah khususnya di Sumatera Utara.

“Permaian ini perlu kita lestarikan, sehingga anak-anak tidak ketergantungan dengan HP TV serta budaya dari luar”, ujarnya.

Ia juga berterima kasih kepada Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang telah memberikan dukungan dalam penyelanggaran Toba Kaldera Panca Main Indonesia serta meminta kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota untuk menjadikan program ini menjadi program rutin di daerahnya untuk bersama sama menggali, mendata dan melestarikan kembali permainan rakyat dan olahraga tradisional yang saat ini sudah menghilang.

Komentar