Pro Kontra Percepatan PBAK UIN Sunan Kalijaga, Pandangan Budayawan dan Ulama NU

Graha Nusantara, Yogyakarta – Orientasi mahasiswa baru (OSPEK) atau dalam lingkungan UIN disebut Pengenalan Budaya Akademik dan Kampus (PBAK) menjadi waktu dimana mahasiswa baru mengenal lebih dalam mengenai kampusnya atau tempat belajarnya kelak.

UIN Sunan Kalijaga melalui keputusan rektornya Prof Al Makin melakukan penghentian atau percepatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kampus (PBAK).

Menurut Humas UIN Sunan Kalijaga, Weni Hidyati pembubaran PBAK menurut informasi yang beredar tidaklah benar. PBAK tidak dibubarkan melainkan hanya diakhiri lebih awal.

Langkah ini dilakukan pihak kampus karena terdapat penyalahgunaan acara yang dilakukan oleh mahasiswa senior kepada junior untuk melakukan demonstrasi.

“Panitia PBAK juga sudah menandatangani pakta integritas, tetapi malah dilanggar. Untuk menanggulangi hal tidak diinginkan, kami mengakhiri lebih awal,” ujar Weni.

Weni mengungkapkan PBAK terakhir tersebut seharusnya berisi pengenalan Unit Kegiatan Mahasiswa melalui presentasi prestasi UKM. Tetapi, kegiatan tersebut justru disalahgunakan dengan provokasi mengenai Uang Kuliah Tunggal (UKT).

“UIN ini biaya kuliahnya sudah paling rendah di Indonesia, tidak mungkin juga semua mahasiswa baru mendapat UKT dengan Rp 400 ribu per semester,” lanjutnya.

Sementara, Perwakilan panitia penyelenggara PBAK yang juga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UIN Sunan Kalijaga Alhuzaify menyatakan bahwa memang benar terdapat sebuah pamflet yang berisi ajakan untuk menolak UKT dan menolak dana cita kepada mahasiswa baru pada hari kedua PBAK.

Dirinya menyangkal telah terjadi aksi terkait penolakan UKT dan dana cita. Dirinya menduga kabar mengenai tersebarnya pamflet tersebut sampai kepada pihak rektorat.

Ngatawi Al-Zastrow yang merupakan budayawan Nahdlatul Ulama (NU) dan alumni UIN Sunan Kalijaga memberikan pernyataan. Dirinya menganggap pihak kampus seharusnya tidak menghentikan PBAK.

Jika memang terdapat oknum yang menyalahgunakan kegiatan ini seharusnya oknum tersebut saja yang ditindak.

“Kalau memang ada oknum yang menggunakan ospek (PBAK) untuk membuat ribut, ya oknumnya saja yang ditindak,” ucap Zastrow dilansir dari jpnn, Kamis (25/8/22).

Langkah yang diambil pihak kampus ini menurutnya justru membesarkan masalah yang sederhana.

“Membubarkan ospek tidak menyelesaikan masalah, malah membuat masalah yang sederhana menjadi rumit dan masalah jadi besar,” ucapnya.

Pendapat lain diungkapkan Ulama NU yang juga alumni UIN Sunan Kalijaga, Ahmad Muwafiq. Laki-laki yang kerap disapa Gus Muwafiq ini menganggap peristiwa ini menjadi pelajaran bagi mahasiswa baru mengenai berdemokrasi.

“Kalau di IAIN itu berkali-kali memang dari zaman dulu juga begitu.” Ujar Gus Muwafiq.

“Ya tugasnya mahasiswa (melawan), ya ospek itu kan latihan demo,” tambahnya.

Selain itu, Gus Muwafiq mengatakan bahwa hal ini dapat menjadi momen untuk menguji nyali dari mahasiswa.

“Rektor makin ngomong enggak masuk akal justru jadi makin seru nanti. Makin enggak logis, makin ramai. Makin mau menguji nyali mahasiswa kayaknya,” ujar Gus Muwafiq.

Komentar