4 Bulan Menjabat Sudah 30 kali Ratas, Jokowi Gila Kerja

Jakarta – Erick Thohir selaku Menteri BUMN mengatakan bahwa Presiden Jokowi adalah pemimpin yang gila kerja.

“Karena Presidennya gila kerja, saya baru empat bulan jadi pembantu beliau sudah ada 30 rapat terbatas, ini bukan hanya rapat-rapatan tapi bagaimana memastikan semua agenda pemerintah harus berjalan dengan benar dan bukan wacana,” papar Erick Thohir, Jakarta, Rabu, 12 Februari 2020.

Kisah itu diceritakan setelah ia memohon maaf kepada para peserta lantaran sedianya ia memberi sambutan pada pukul 09.00 WIB. Karena mesti menghadiri rapat, ia pun baru tiba di lokasi sekitar pukul 12.30 WIB. Erick Thohir berujar mesti menjadwalkan ulang kedatangannya sebab harus hadir dalam rapat percepatan investasi dan penguatan industri baja bersama Jokowi pada pagi tadi.

“Kebetulan mayoritas ratas saya harus datang, ini nasib,” tutur dia dibarengi sambutan penonton. “Saya sebagai pemimpin sebenarnya harus jadi teladan tapi diawali pertemuan saja telat, jadi ini bukan alasan, saya apresiasi kehadiran para rektor dan mahasiswa.”

Pagi tadi, Jokowi memang menggelar ratas bersama para menteri. Dalam rapat itu, ia meminta para menterinya serius memikirkan solusi memenuhi ketersediaan bahan baku bagi industri baja dan besi, agar tidak terus-menerus impor dari negara lain. Pada 2018, besi dan baja berkontribusi sebesar 6,45 persen dari total impor nonmigas nasional dengan nilai US$ 10,25 miliar. Jumlah ini berkontribusi pada defisit neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan.

Sementara pada 2019 (data year-on-year), nilai impor besi dan baja masih terus naik yakni sebesar US$ 10,39 miliar. “Impor baja sudah masuk ke peringkat 3 besar impor negara kita. Ini tentu saja menjadi salah satu sumber utama defisit. Defisit transaksi berjalan kita. Ini tidak dapat kita biarkan terus,” ujar Jokowi.

Untuk itu, kata Jokowi, dia meminta agar para menteri terus mendorong agar industri baja dan besi makin kompetitif, produksinya makin optimal, sehingga perbaikan manajemen korporasi pembaharuan teknologi permesinan terutama di BUMN industri baja terus dilakukan

Tapi saya kira juga itu tidak cukup. Laporan yang saya terima, industri baja dan besi terkendala oleh bahan baku yang masih kurang,” ujar Jokowi.

Untuk itu, kata dia, ada tiga hal utama yang harus dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri baja dan besi. Pertama, memperbaiki ekosistem penyediaan bahan baku industri baja dan besi, mulai dari ketersediaan dan kestabilan harga bahan baku sampai pada komponen harga gas yang perlu dilihat secara detail.

“Kemudian, bahan baku dari hasil tambang nasional juga perlu diprioritaskan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, bukan hanya untuk mengurangi impor tetapi juga bisa membuka lapangan kerja,” tegas Jokowi.