Ada Logo BIN, ISPI Minta BG Usut Tuntas Kasus Video TikTok Hana Hanifah

JAKARTA,- Badan Intelejen Negara (BIN) harus mengusut tuntas soal viralnya video TikTok Hana Hanifah di sosial media. Pernyataan itu disampaikan Direktur Kajian Kebijakan Publik, Indonesian Of Social Political Institute (ISPI), Mukhlas dalam keterangan tertulis, Jumat (17/07) menyusul adanya klarifikasi dari Deputi VII BIN, Wawan Hari Purwanto, Kamis (16/07).

“Pada prinsipnya, BIN harus mengusut tuntas soal video itu. Bagaimana pun soal viralnya video TikTok itukan, mempertaruhkan integritas BIN sebagai lembaga negara. Jangan sampai, citra BIN sebagai sandi negara ini, rusak. Apalagi Hana Hanifah saat inikan terjerat kasus prostitusi online,” kata Mukhlas, dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Mukhlas, klarifikasi dari pihak BIN tidak sebanding dengan viralnya video tersebut. oleh karenanya, ISPI, tambah Mukhlas, menegaskan agar, Kepala BIN, Komjen Pol Budi Gunawan segera menangkap para pelaku pembuat video tersebut.

“Memang sudah ada klarifikasi dari pihak BIN. Tapi yang harus dicatat bahwa, publik lebih tahu soal video itu dibandingkan dengan klarifikasi dari pihak BIN. ISPI meminta agar, pelaku yang terlibat dalam video TikTok itu ditangkap dan diberikan sanksi. BIN ini lembaga sandi negara, bukan lembaga kaleng-kaleng. Kami meminta agar Pak BG segera turun tangan,” tegas Mukhlas.

Sebelumnya, Deputi VII Badan Intelejen Negara (BIN), Wawan Hari Purwanto menegaskan, pihaknya tidak pernah mengundang artis Hana Hanifah dalam berbagai urusan. Pernyataan itu disampaikan Wawan menyusul viralnya video TikTok Hana Hanifah, dengan latar logo BIN.

“BIN tidak pernah mengundang Hana Hanifah dalam berbagai kegiatan,” ujar Wawan Hari Purwanto selaku Deputi VII BIN dalam keterangannya, Kamis (16/07).

Informasi, Hana Hanifah adalah seorang artis FTV. Ia ditangkap polisi di hotel Medan pada, Minggu (12/07) malam, terkait dugaan kasus prostitusi online.

Dalam kasus prostitusi ini, polisi menetapkan dua orang sebagai tersangka. Mereka adalah pria berinisial R dan J, seorang muncikari yang masih buron.