Tantangan dan Peluang Golkar Raih Hati Rakyat di Pemilu 2024

Medan – Golkar Sumatera Utara membutuhkan sosok pemimpin yang punya tradisi memberi dan mengabdikan jiwa raga dan hartanya dalam membesarkan organisasi

Golkar harus menghindari figur-figur yang track recordnya yang menjadikan lembaga sebagai ajang pemanfaatan membesarkan dirinya pribadi, yang tidak memikirkan kepentingan lembaga.

Fenomena Perseteruan di tubuh Golkar adalah wajar, karena itu merupakan dinamika dalam berpartai. namun tradisi Golkar sebagai partai besar, mandiri dan mencetak banyak kader matang, kader loyal, kader muda serta kader mandiri menjadikan Golkar terdepan dimasa lalu dan semakin baik di masa depan.

Wakil Sekretaris Golkar, Zulchairi Pahlawan, S.H mengungkapkan “sebaiknya kader Golkar Se-Sumatera Utara khusus ketua-ketua DPD Kabupaten/Kota harus jeli dalam mempertimbangkan seorang nakhoda baru partai golkar. Jangan yang nantinya menjadikan partai sebagai ajang pemanfaatan pribadi”. Ujarnya

Bila kita telisik kembali secara jujur dan objektif atas 2 figur yang saat ini akan bertarung di MUSDA ulang antara Wakil Gubernur Sumut Bang Icjek dan Yasir Ridho

Zulchairi Pahlawan yang juga Ketua Umum DPW BKPRMI Sumut menambahkan “Figur Bang Ijeck lebih tepat ketimbang Yasir Ridho Lubis, karena Bang Ijek sosok yang loyal dan total mandiri secara perekonomian untuk membesarkan partai. Berbanding jauh dari sosok Yasir Ridho yang secara perekonomian belum sampai ke tahap mapan untuk mengurusin biaya kerja politik kegiatan partai. maka dengan itu Beliau belumlah mumpuni membiayai segala kebutuhan partai kedepan sebesar partai golkar dengan segala fenomena yang ada, Akan tetapi Kita bukan semata mata menilai kelayakan seseorang dari segi materi semata, tetapi partai sebesar golkar harus realistis melihat kenyataan yang akan ada di depan mata nantinya”. Imbuhnya kepada awak media saat dikonfirmasi.

Jika golkar terlalu memaksakan diri memilih pemimpin yang hanya mampu jadi pemimpin pemanfaat partai dan ujung-ujungnya beresiko terhadap gejolak ekonomi internal, seperti pemaksaaan kepala daerah harus setor mahar dalam kontestasi politik maka akan rawan terjadi di golkar untuk korupsi agar potensi-potensi negatif dan tidak beretika itu terus menjadi kebiasaan.

Lanjutnya dalam menutup Bang Zul sapaan akrabnya menyimpulkan “Figur Musa Rajecksah, adalah tokoh Mandiri pengusaha, memiliki kemapanan ekonomi dan mental yang jauh dari tradisi-tradisi negatif yang ada di partai seperti pemberian uang mahar dan “olah mengolah”. Pemimpin Golkar didaerah harus merenungkan tantangan kedepan dalam membesarkan partai. Materi Bukan segalanya, tapi membangun partai sebesar golkar butuh kemampuan yang realistis.


Ketum Airlagga telah mencanangkan Golkar Tanpa Mahar dan jauh dari perilaku koruptif. Tutupnya