Vaksin AstraZeneca Disebut Timbulkan Efek Samping, Adakah yang Alami di Indonesia?

Graha Nusantara, Jakarta – Produsen vaksin virus Covid-19, AstraZeneca, telah mengamini jika vaksin AstraZeneca secara umum bisa menimbulkan efek samping yang sangat jarang terjadi.

Hal tersebut mereka utarakan melalui dokumen pengadilan pada kasus gugatan perwakilan kelompok (class action) yang dilayangkan oleh 51 korban di Inggris.

Pengacara salah satu korban – seorang ayah yang otaknya mengalami kerusakan selepas divaksin menggunakan AstraZeneca – menyampaikan jika pernyataan itu memperlihatkan AstraZeneca sudah mengubah pendirian hukumnya “secara signifikan”.

Beberapa penggugat mengeklaim mereka sudah kehilangan keluarga dan kerabat mereka karena efek samping ini. Pada kasus-kasus lainnya, vaksin ini dituduh menjadi penyebab dari cedera serius.

Meskipun secara umum, penelitian telah memperlihatkan jika vaksin Covid-19 termasuk AstraZeneca sudah menyelamatkan jutaan nyawa selama pandemi.

Sementara itu di Indonesia, Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) Hinky Hindra Irawan Satari menyampaikan di Indonesia tidak terdapat catatan kejadian TTS selepas pemakaian vaksin AstraZeneca di Indonesia.

Hal tersebut berdasarkan pada surveilans aktif dan pasif yang hingga kini masih dilakukan oleh Komnas KIPI.

Survei tersebut berlangsung di 14 rumah sakit di tujuh provinsi yang memenuhi kriteria dalam kurun waktu lebih dari satu tahun dari Maret 2021 sampai Juli 2022.

“Sampai [surveilans aktif] kami perpanjang juga tidak ada TTS pada AstraZeneca,” terang Hinky melalui keterangan tertulis pada Kamis (02/05).

“Jadi, kami melaporkan pada waktu itu tidak ada kasus TTS terkait vaksin Covid-19,” tambahnya.

Masyarakat Indonesia telah memperoleh total 453 juta dosis vaksin dengan 70 juta dosis di antaranya merupakan vaksin AstraZeneca.

Hinky menyampaikan masih dilakukan surveilans pasif hingga kini dalam rangka memantau efek samping vaksin. Tetapi, menurut laporan yang masuk, kasus TTS tak ditemukan.

“Kejadian ikutan pasca-imunisasi itu kalau ditemukan penyakit atau gejala antara empat sampai 42 hari setelah vaksin disuntikkan,” ujarnya.

“Kalaupun saat ini ditemukan kasus TTS di Indonesia, ya pasti bukan karena vaksin Covid-19 karena sudah lewat rentang waktu kejadiannya,” terang Hinky.

“Kalau sekarang terjadi ya kemungkinan besar karena penyebab lain, bukan karena vaksin.” ucapnya.