Viral Di Medsos Karena Marah, Mensos Tanggapi Kemarahan Bupati Boltim

Grahanusantara.co.id – Wabah Covid-19 yang tak kunjung usai membuat Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Sehan Salim Landjar marah-marah di media sosial Beliau geram kepada sejumlah menteri yang dinilai kebijakannya menyulitkan masyarakat penerima bantuan dari pemerintah di masa pandemi Covid-19.

“Menteri seakan-akan tahu (kondisi masyarakat). Enggak, lah. Mereka enggak tahu apa-apa cuma aji mumpung saja jadi menteri,” beber Sehan dikutip dari Tempo (26/04).

Tiga menteri yang menjadi sasaran kejengkelannya, yakni Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar, Menteri Sosial Juliari Batubara, dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.

Sehan menceritakan bahwa dia hendak mengeluarkan Rp 101 juta untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat akibat Covid-19.

Belakangan, Menteri Desa Halim menerbitkan peraturan bahwa Dana Desa hanya untuk program padat karya tunai, tidak boleh dipakai membeli sembako. Tak lama, Menteri Tito menerbitkan aturan yang meminta bupati memerintahkan kepala desa merevisi dana desa untuk dipakai dalam penanggulangan dampak Covid-19.

“Kan lucu, Menteri Desa enggak kasih, Mendagri seminggu kemudian kasih. Maka kami kebingungan,” ucap Sehan.

Kemudian Menteri Desa Halim mencabut larangan Dana Desa untuk sembako. Bahkan, kata Sehan, Mendagri Tito mengatakan hasil revisi penggunan Dana Desa tidak perlu dievaluasi oleh kepala daerah. Menurut Sehan, aturan itu menyimpang karena Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dana Desa diatur dalam Peraturan Bupati.

“Nanti pemeriksaan 2020 oleh BPK lalu standarnya apa? Ini menutup masalah dengan mencari masalah.” Tak lama kemudian muncullah aturan dari Menteri Sosial Juliari yang melarang masyarakat penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) mendapatkan bantuan pangan dari pemerintah daerah.

“Semua kepala daerah punya uang buat rakyat untuk menalangi bantuan sembako. Tapi terhambat aturan menteri,” katanya.

Apalagi dana BLT Rp 600 ribu per bulan selama 3 bulan dari pemerintah pusat pencairannya berbelit-belit. Alhasil, masyarakat miskin kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sebab tidak mendapat bantuan pangan dan sulit menerima BLT.

“Saya siapkan beras 900 ton, beras premium, untuk rakyat saya. (Masyarakat) Yang enggak mendapat BLT menerima. Yang mendapat BLT menangis,” tutur Sehan.

Akhirnya Bupati Sehan nekat memberikan bantuan pangan kepada seluruh masyarakat miskin di kabupatennya, termasuk mereka penerima BLT.

“Kalau ada yang mau tangkap, tangkap aja saya. Saya mulai stress dengan keadaan gini,” kata Sehan.

Menteri Sosial Juliari Peter Batubara angkat bicara mengenai video yang diduga Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Sehan Salim Landjar yang mengkritisi mekanisme pencairan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Mensos meminta Sehan Salim untuk menghubunginya terkait hal tersebut.

Mengingat kata Mensos, Sehan sempat ikut dalamvideo conference terkait dengan mekanisme BLT tersebut bersama dengan kementerian terkait beberapa waktu lalu. 

“Lebih baik atur Skype untuk konfrontir ke saya. Lucu dia, dia tahu karena ikut video conference,” kata Julian dikutip dari VIVA saat dihubungi melalui sambungan telefon, Minggu, 26 April 2020. 

Dia melanjutkan, penyaluran bantuan kepada ratusan juta rakyat Indonesia yang terdampak Corona COVID-19 sendiri harus berdasarkan data yang telah dimiliki Kementerian terkait. Bukan hanya itu, pihaknya juga telah meminta pemerintah daerah mengirimkan data tambahan penerima bantuan sosial yang dianggap layak, di luar dari data yang dimiliki pihaknya. 

“Saya ada datanya di seluruh Indonesia, tapi kan masalahnya dibilang gak tepatlah, gak koordinasi lah. Akhirnya kita surati, kita minta ‘oke kalian masukkan nama tambahan di luar yang kita punya kirim ke kita’. Kita video conference dia ada juga waktu itu, kenapa jadi ribut sekarang,” jelas Mensos