Unik! Masker Berbentuk Bra Ini akan di Produksi Massal

Grahanusantara.co.id – Masker unik berbentuk bra kini bukan hanya sekadar bahan candaan. Masker yang terinspirasi dari pakaian dalam perempuan tersebut mulai serius digarap karena diangap potensial ramai dipasaran.

Atsumi Fashion, sebuah perusahaan pakaian dalam di Toyama, Jepang, yang memproduksi masker bra menyusul pandemi COVID-19. Dilansir dari Fast Company, material yang digunakan sama seperti yang mereka pakai untuk membuat produk bra. Semuanya berawal sekitar sebulan lalu ketika perusahaan tersebut menyadari bahwa material sintetis untuk pembuatan bra sangat sama dengan masker sekali pakai yang dijual di pasaran.

Produk masker bra mulanya hanya diproduksi dalam warna putih saja. Namun, seiring berjalan waktu, mereka memutuskan untuk mengembangkan masker tersebut dalam beberapa varian warna. Hadir pilihan masker berpalet pastel dengan tambahan aplikasi lace yang meninggalkan sentuhan feminin.

Bentuk yang unik itu lantas menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. Per 18 April, produk masker bra keluaran Atsumi ludes terjual. Masker bra yang tadinya sempat menjadi lelucon di media sosial, kini menjadi produk andalan untuk melindungi diri dari virus Corona. Sebenarnya, ini bukan kali pertama produk bra menjadi inspirasi utama pembuatan masker. Diketahui, masker N95 yang diproduksi 3M pertama kali pada 1961 merupakan hasil pengembangan dari bra.

Seorang ilmuwan Ukraina Dr Elena Bodnar juga pernah membuat masker dari bra. Masker bra dari Dr Elena ini sebenarnya meraih atensi publik pada 2009 saat dia meraih penghargaan Ig Nobel Prize. Ig Nobel prize merupakan parodi penghargaan Nobel atas temuan-temuan sains yang lucu yang digelar di Universitas Harvard.

Masker bra ini kemudian mulai dikomersilkan Dr Elena pada 2010. Dia merilis masker bra tersebut di MIT Museum in Cambridge, Massachusetts setelah produk tersebut diperbaiki tingkat keamanannya, desain dan bentuknya.

Seperti dikutip Associated Press, Dr Elena mendapatkan ide tersebut setelah membaca mengenai bencana nuklir Chernobyl yang terjadi pada 1986 di negara asalnya Ukraina.

Menurutnya seandainya saja pada saat itu masker bra ini sudah ada, mereka yang sakit karena paparan radiasi nuklir bisa diminimalisir jumlahnya. “Jika saja orang-orang punya masker gas yang murah dan siap di jam pertama setelah bencana itu, mereka bisa terhindar dari menghirup lodine-131, yang menyebabkan sakit karena radiasi,” katanya.