Lombok Timur Jadi Wilayah Terbesar Kedua Asal Pekerja Migran

Graha Nusantara, Jakarta – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah, menyampaikan jika Lombok Timur merupakan wilayah pengirim pekerja migran terbesar kedua di negara Indonesia.

“Hari Migran Internasional, kenapa kita peringati di Lombok Timur, khususnya di Anjani, karena Lombok Timur adalah daerah yang menjadi lumbung atau pengirim pekerja migran terbesar kedua di Indonesia,” ujar Menaker dalam temu inspiratif dan silaturahmi penguatan Desa Migran Produktif (Desmigratif) Desa Anjani, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Minggu (18/12/2022).

Sejak tahun 2014, 117.782 warga Kabupaten Lombok Timur menjadi pekerja migran Indonesia. Hal ini membuat Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten penyumbang PMI terbesar se-Nusa Tenggara Timur.

Desa Anjani salah satuny, hingga tahun 2022 bahkan jumalh warga yang berkerja sebagai PMI berjumlah 615 orang. Malaysia menjadi tujuan terbesar hingga mencapai 70%. Selain Malaysia negara lain seperti Arab Saudi, Taiwan, hongkong dan Jepang menjadi tujuan bekerja.

Minat warga bekerja di Malaysia sangat tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah pendaftar yang telah mencapai angka 100 PMI hingga bulan Desember semenjak Malaysia dibuka kembali menjadi neraga tujuan bekerja.

Peningkatan taraf hidup atau dengan kata lain meningkatnya kesejahteraan PMI serta keluarga merupakan sesuatu yang diharapkan dari bekerjanya masyarakat menjadi PMI.

“Di samping itu, hasil kerja ini tentunya telah memberikan kontribusi positif bagi pembangunan ekonomi di wilayah Kabupaten Lombok Timur dan sekitarnya,” ucap Menaker.

Menurut Menaker, indeks pembangunan manusia (IPM) NTB pun turut terdampak dari penempatan pekerja migram. Kini IPM Lombok Timur berada di peringkat ketujuh.

“Itu artinya ada dampak yang dibawa oleh PMI. Dampak secara ekonomi bisa dirasakan, ternyata dampak pada peningkatan sumber daya manusianya juga bisa diperoleh. Itu yang luar biasa, itu yang kita harapkan. Itu adalah pilihan dan hak setiap warga negara,” tandasnya.

Komentar