Bursa Saham Perdagangan AS Jatuh, Penguasa Perdagangan Rugi Puluhan Triliun

Graha Nusantara – Turunnya 2.000 poin Indeks Dow Jones Industrial Average telah menghilangkan hampir US$ 24 miliar atau setara Rp 345 triliun (kurs Rp 14.393 per dolar AS) dari kekayaan bersih lima orang terkaya di dunia. Ini diakibatkan dampak kejatuhan bursa saham Amerika Serikat pada perdagangan, Senin (09/03).

Dikutip dari New York Post, Selasa (10/3) Bos Amazon, Jeff Bezos, orang terkaya yang masih hidup, kehilangan US$ 5,6 miliar atau sekitar Rp 80,6 triliun saat memulai pekan ini, kekayaannya menyusut menjadi lebih dari US$ 111,3 miliar dari sebelumnya sebesar US$ 117 miliar, menurut Forbes.

Hal serupa juga terjadi pada Bill Gates yang mengalami Senin kelabu. Gates kehilangan US$ 3,8 miliar atau sekitar Rp 54,6 triliun pada hari Senin, menghapus kekayaannya turun menjadi US$ 104,4 miliar.

Tetapi pihak yang paling terpukul akibat rontoknya bursa saham pada pagi hari Senin adalah orang terkaya ketiga dunia, pemilik tokoh mewah asal Prancis, Bernard Arnault, yang kekayaan bersihnya menukik US$ 6 miliar atau sekitar Rp 86 triliun, yang menggerus nilai kekayaannya menjadi US$ 92,6 miliar, menurut Forbes.

Bahkan investor legendaris Warren Buffett, CEO Berkshire Hathaway dan orang terkaya keempat di dunia, tak luput dari kejatuhan Wall Street. Kekayaan Oracle of Omaha tersebut turun US$ 5,4 miliar atau sekitar Rp 77,7 triliun pada hari Senin, menjadi US$ 76,2 miliar.

Kerugian besar lainnya juga dialami pendiri Facebook Mark Zuckerberg, yang kekayaan menguap sebesar US$ 4,2 miliar, dan Elon Musk, yang kehilangan US$ 3,4 miliar karena saham Tesla terpukul di tengah kekhawatiran bahwa jatuhnya harga minyak akan membunuh permintaan untuk mobil listrik.

Selama akhir pekan, Arab Saudi mengatakan akan meningkatkan produksi minyak dan memangkas harga, sebuah langkah yang menyebabkan minyak mentah berjangka jatuh.

Pemotongan harga datang pada pekan kelabu di Wall Street di mana investor bergulat dengan ancaman virus corona yang tumbuh dan mencerna penurunan suku bunga darurat Federal Reserve yang bertujuan menumpulkan dampak wabah terhadap perekonomian.