Wisata Kuliner Baru di Deli Serdang

Grahanusantara.co.id, Deli Serdang – Destinasi wisata kuliner Pasar Kamu di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, kian populer. Wisatawan harus berangkat sejak subuh dan tiba di sana paling telat pukul 07.00 WIB. Jika kesiangan, jangan harap dapat menikmati aneka kuliner tradisional yang tersedia di sana. Musababnya, durasi operasional Pasar Kamu juga hanya selama empat jam.

Pendiri Pasar Kamu, Dedy Sofyan mengatakan Pasar Kamu adalah singkatan dari Pekan Sarapan Karya Anak Muda. Pasar yang berlokasi di Jalan Perintis, Dusun II, Desa Denai Lama, Kecamatan Pantai Labu, ini hanya buka pada hari Ahad atau Minggu. Jaraknya sekitar 32 kilometer dari pusat Kota Medan, Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara.

Pasar Kamu pertama kali buka pada 9 Agustus 2020 oleh Kawan Lama Area, komunitas anak muda Desa Denai Lama yang Dedy pimpin. Beberapa bulan kemudian Kawan Lama Area menggandeng Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Deli Serdang sebagai mitra. “Kami mendesain Pasar Kamu layaknya pasar rakyat tradisional yang menjajakan penganan tempo doeloe dengan dominasi kuliner Melayu dan Jawa, sesuai mayoritas suku yang tinggal di Kampong Lama,” kata Dedy Sofyan kepada Tempo, Rabu, 22 September 2021.

Pelafalan kampong lazim digunakan di Pulau Sumatera, terutama di pesisir pantai timur Sumatera Utara (dulu Karesidenan Sumatera Timur) yang dikenal daerah konsentrasi puak Jawa dan Melayu. “Kami menjalankan usaha bersama masyarakat dengan berbasis kebudayaan yang ada di Kampong Lama,” kata Dedy, yang pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan (STIKP) Medan.

Latar belakang berdirinya Pasar Kamu karena Dedy dan tiga kawannya, Solihin, Brahma Kumbara, dan Ilham Kurniadi, galau saat pulang ke Kampong Lama. Saat itu, kondisi anak muda di sana bercitra negatif bagi sebagian orang. Banyak dari anak muda di Kampong Lama tamat SMP atau SMA kemudian menjadi buruh tani, buruh kandang di peternakan ayam, dan kerja serabutan. Selain pekerjaan tadi, kegiatan sehari-hari mereka adalah bermain gim lewat gawai dan aktivitas lain yang tidak tidak produktif.

Empat sekawan yang lama berkiprah dalam gerakan organisasi masyarakat sipil di Sumatera Utara ini kemudian aktif berdiskusi untuk mengubah kondisi memprihatinkan tersebut. Mereka memperhatikan area persawahan, sungai, dan pantai sebagai sumber daya alam yang potensial untuk menjadi kegiatan agrowisata guna meningkatkan perekonomian masyarakat.

Terlebih saat itu Pemerintah Kabupaten Deli Serdang menetapkan tiga kecamatan, yakni Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan Percut Seituan, dan Kecamatan Sibolangit, sebagai sentra pembangunan desa berbasis pariwisata. Dedy dan kawan-kawan lantas mempelajari regulasi untuk mewujudkan ide dan rencana mereka. Deddy berusaha memaknai setiap pasal dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, sebagai dasar hukum untuk meningkatkan ketahanan budaya dalam pemberdayaan masyarakat.

“Pada Januari 2020 saya punya ide membuat sentra sarapan khusus di hari Minggu, yang sekarang bernama Pasar Kamu,” kata Dedy. Mereka menangkap potensi dari tradisi masyarakat yang semestinya dapat diwariskan secara turun-temurun, namun kini nyaris terlupakan. Tradisi itu adalah keterampilan memasak dan membuat kue tradisional.

Dedy ingat, di masa kecil dan remaja dia gampang mendapatkan kue-kue tradisional khas Melayu, yang notabene suku asli di Kampong Lama. Di antaranya kue rasida, kue dangai, kue kekaras, kue lempeng torak, kue pulut panggang, kue makmur, dan pulut kuning ayam panggang. Sekarang sulit sekali mendapatkan kudapan itu, bahkan geneasi muda telah lupa. Makanan tradisional itu cuma hidup dalam ingatan para orang tua saja.

Dulu, kue-kue ini menjadi suguhan dalam ritual keagamaan maupun prosesi adat tertentu, seperti kenduri, perkawinan, dan khitanan. Misalkan, pulut kuning ayam panggang yang biasa tersaji saat khataman Al-Qur’an, kue dangai dan rasida untuk pesta perkawinan, kue kekaras di masa Lebaran, dan kue apel kenduri turun tanam alias awal tanam padi.

“Kenduri turun tanam sekarang sudah langka karena generasi muda tidak mendapatkan informasi dan ilmunya,” kata pria 49 tahun ini. “Justru, ketika para orang tua di Pantai Labu dan sekitarnya ke Pasar Kamu, baru teringat pada acara-acara tradisi yang dulu mereka lakukan.”

Dedy mengatakan, para ibu di Kampong Lama tak perlu lagi mengikuti pelatihan keterampilan memasak untuk membuat kue tradisional ini. Mereka tinggal mentransfer ilmu tersebut kepada anak muda supaya kue-kue tradisional Kampong Lama tetap lestari.