Nih Sejarah Unik Jl. Hm Joni di Kota Medan

Grahanusantara.co.id, Medan – Pernah mendengar Jalan HM Joni?, yah bagi sebagian warga Kota Medan tentu tidak asing dengan nama jalan yang satu ini.

Ya, jalan ini terletak di kecamatan Medan Kota, juga merupakan salah satu pusat kuliner dan fashion di Medan. Tidak hanya itu di Jalan HM Joni ini juga terdapat sebuah Museum milik pemerintah Kota Medan, yang dinamai Museum Gedung Arca.

Jalan yang berada di antara Jalan Sisingamangaraja tepatnya di samping Makam Pahlawan itu ternyata memilik sejarah yang unik mungkin sebagian dari kita mungkin belum mengetahuinya secara gamblang.

Jalan HM Joni dari beberapa informasi dari masyarakat bahwa nama jalan ini dahulu kali namanya Jalan Pasar Merah, tapi sekitar tahun 80-an Pemko Medan mengubahnya jadi Jalan HM Joni.

Menurut penuturan penjelasan Sejarah dan Sastra di Medan yakni Koko Hendri Lubis mengatakan bahwa HM Joni itu adalah M. Djoni yang merupakan seorang pemuda asal Tapanuli Selatan (Tapsel). M Djoni adalah seorang pemuda yang lahir di Gunung Manaun, Tapanuli Selatan sekitar tahun 1.900-an.

Dia (M. Djoni) tiga bersaudara. Dia anak pertama, yang kedua adiknya bernama Tohar Dalimunte dan yang ketiga adiknya bernama Zainab.

Lanjut ceritanya awal mula M. Djoni datang ke Medan dengan menggunakan kereta lembu bersama pamannya untuk mencari ilmu. Namun, saat itu ayahnya tidak mengizinkan M. Djoni ke Medan. 

Pada masa remajanya, Djoni naik kereta lembu ke Medan ikut bersama pamannya dan sekolah sampai Mulo (bahasa Belanda) atau SMP namun tidak tamat itu sekitaran tahun 30-an.

Koko Hendri juga mengungkapkan bahwa M. Djoni (ejaan lama) merupakan singkatan dari Marhaen Djunjunglah Olehmu Nasional Indonesia (M. Djoni). Sedangkan nama aslinya M. Djoni itu sebenarnya Abu Somad Dalimunte.

M. Djoni juga pernah dibuang di Dibupenbigol daerah Iran Jaya tahun 1941 karena sangat anti Belanda. Tempat itu sering untuk orang pergerakan dibuang kesana (Dibupenbigol) kalau tidak setuju dengan Belanda.

Sebelum diasingkan, kata Koko Hendri bahwa M. Djoni ditahun 1937 pernah bekerja sebagi agen majalah persatuan Indonesia yang organnya Partai Nasional Indonesia (PNI). Dia (M. Djoni) sangat mengidolai Soekarno, karena PNI itu pada zamannya ya Soekarno.

Sekitar tahun 1962, M. Djoni wafat diikuburkan di Perkuburan Madailing Jalan Brigjend Katamso serta meninggalkan beberapa karya sastra hasil karyanya. Peninggalan yang masih diingat dari M. Djoni melalui buku-buku karyanya seperti Gadis Peladang (naskah drama) dan roman-roman lainnya. Ia juga sudah mempunyai istri. Ia mempunyai karakter yang konsisten untuk melawan penjajahan Belanda.