Menilik Masjid Tua Berusia 3 Abad di Kulon Progo DIY

Grahanusantara.co.id, Yogyakarta – Bangunan bersejarah milik Puro Pakualaman yaitu Masjid Trayu belakangan jadi sorotan publik, pasalnya masjid tersebut dikabarkan sudah berusian 3 abad dan dibangun sejak ratusan tahun yang lalu di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Masjid Trayu terletak di Dusun Kauman, Kalurahan Tirtorahayu, Kapanewon Galur. Dari Kota Wates, ibu kota Kulon Progo, jaraknya berkisar 13 km atau 20 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan dari Kota Yogyakarta, jarak yang ditempuh sekitar 33 km atau satu jam perjalanan darat.

Masyarakat setempat percaya masjid itu telah berdiri sejak 300 tahun lalu atau pada medio 1700-an.

“Berdasarkan kepercayaan masyarakat, masjid ini sudah ada sejak tahun 1700-an, tapi sampai saat ini belum diketahui pasti sebenarnya kapan bangun itu ada,” ungkap Takmir Masjid Trayu, Muhammad Hajan (67), saat ditemui detikcom di lokasi masjid, Kamis (15/4/2021).

Pria yang sejak 2010 didapuk sebagai takmir itu menerangkan penamaan Masjid Trayu diambil dari nama lokasi masjid, yakni Kalurahan Trayu, sebelum akhirnya berganti menjadi Kelurahan Tirtorahayu. Hajan melanjutkan, Trayu juga merupakan nama dari salah satu selir Paku Alam I.

“Konon kabarnya itu di situ pertama kali ada istri Paku Alam pertama atau selir. Dia pernah berdiam di situ, namanya Raden Roro Ratu Ayu, masyarakat sini manggilnya turayu, lalu lama-kelamaan jadi trayu, sampai sekarang,” ungkapnya.

Masjid ini mengusung arsitektur khas Jawa, terlihat dari atap tajuk dan mustaka berbentuk sulur dan daun-daunan, bukan kubah bawang yang merupakan ciri khas masjid Timur Tengah. Mustaka seperti itu biasa ditemui di masjid-masjid tua di Yogyakarta, seperti masjid-masjid Pathok Negoro milik Kasultanan Yogyakarta.

Bangunan bercat putih kekuningan itu memiliki ruang utama yang di dalamnya terhadap mihrab yakni ruangan khusus bagi Imam Masjid saat memimpin sembahyang berjemaah. Selain itu terdapat mimbar dari kayu yang digunakan khatib memberikan tausiah di saat khotbah Jumat, kuliah subuh, kultum dan khotbah-khotbah lain.

Di dalam ruangan utama terdapat 16 saka yang menopang langit-langit, terdiri dari empat saka guru dan 12 saka ruwa atau luar yang berbentuk bulat atau glondhongan. Di sisi luar terdapat serambi yang cukup luas, di sini adalah tempat di mana bedug dan kentongan diletakkan. Masjid ini bisa menampung jemaah hingga 200 orang lebih.

Adapun di halaman masjid, terdapat makam dari menantu Paku Alam I, Raden Suryengjurit, dan ratu permaisuri Paku Alam II dan ibu dari Paku Alam V, R.A. Resminingdyah.

Hajan mengungkapkan masjid Trayu telah beberapa kali diperbaiki. Terakhir dipugar pada 2020 bersamaan dengan Masjid Girigondo yang juga dimiliki oleh Pakualaman. Perbaikan minor biasanya dilakukan oleh pengurus masjid, sedangkan perbaikan besar langsung dari Puro Pakualaman atau Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY mengingat masjid ini termasuk bangunan bersejarah.