NTT Dilanda Banjir Bandang, Akibatnya 84 Orang Meninggal Dunia dan 71 Lainnya Hilang

Grahanusantara.co.id, Jakarta – Banjir bandang yang terjadi di sejumlah daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) menyebabkan jalan dan jembatan terputus hingga membuat warga di 12 desa dan 6 kecamatan terhambat aktivitasnya.

“Untuk daerah terisolasi yaitu ada 6 desa di Kabupaten Malaka, karena jembatan putus,” kata Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi dalam konferensi pers virtual, Senin (5/4) malam.

“Di Kabupaten Flores Timur, di Adonara ada beberapa, sekitar 6 desa terisolir, terisolasi karena longsoran jalan. Jalannya tidak bisa terlewati oleh kendaraan bermotor,” lanjutnya.

Selain di dua kabupaten itu, ia menyebut ada enam kecamatan di Kabupaten Sabu Raijua yang juga terisolasi.

“Kemudian di Sabu Raijua itu ada 6 kecamatan terisolasi, karena jalan putus dan jembatan terputus,” ucap dia.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menyatakan untuk daerah yang terisolasi, pihaknya bakal mengirimkan bantuan menggunakan helikopter.

“Sementara udah tiga unit yang akan digerakkan ke wilayah NTT, kalau nanti kurang atau perlu bantuan lagi, tentu BNPB akan siapkan. Tentu kita harap dari Mabes TNI dan Polri kita harap bisa kirimkan helikopter juga untuk bantuan,” kata dia.

Sebelumnya banjir bandang menerjang sejumlah kabupaten dan kota di NTT akibat cuaca ekstrem. Presiden Jokowi telah meminta agar BNPB dan sejumlah kementerian turut mengatasi bencana tersebut dengan cepat.

“Secara cepat melakukan evakuasi dan penanganan korban bencana serta penanganan dampak bencana,” ujar Jokowi dalam keterangan tertulisnya.

Sementara hingga Senin malam, ada total 84 orang meninggal dan 71 lainnya hilang akibat bencana itu.