Viral, Ini Dia Gaji Seorang Buzzer!

Grahanusantara.co.id, Jakarta – Belakangan ini nama Permadi Arya alias Abu Janda kembali jadi buah bibir terkait buzzer. Selain itu, Abu Janda terkait dugaan rasis terhadap mantan anggota Komnas HAM Natalius Pigai dan cuitannya tentang ‘Islam Arogan’.

Sebelum kasus-kasus tersebut, Abu Janda sudah kerap menuai kontroversi di media sosial. Keberaniannya bersuara di medsos dilirik oleh tim sukses Jokowi. Ia kemudian direkrut menjadi influencer di medsos atau yang kerap dikenal buzzer selama kampanye pemilihan presiden lalu. Selama jadi buzzer, ia mengaku menerima penghasilan yang tidak sedikit.

“Saya direkrut 2018 dengan gaji bulanan, gede lo,” ujar Abu Janda, Jumat (29/1/2021).

Lalu, berapa sih rata-rata duit yang masuk ke kantong buzzer?

Narasumber yang enggan menyebut identitasnya ini mengaku terlibat menjadi buzzer sejak 2016. Sejak menjadi buzzer, sejumlah klien pernah ia tangani, dari mulai menggiring isu untuk perusahaan hingga kasus hukum kopi bersianida Jesicca-Mirna. Puncak karirnya jadi buzzer ialah saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta.

Cara kerjanya, sang bos akan menerima order dari klien, atau bisa saja dari tim yang lebih besar untuk event tertentu. Kemudian, order itu dijalankan oleh buzzer. Selanjutnya, mereka akan memperoleh pendapatan dari kerjanya tersebut dengan beragam indikator sejauh mana isu itu menyebar.

Mengenai pembayaran, dia mengaku biasa mendapat gaji bulanan layaknya pegawai kantoran.

“Kalau sistem bisnisnya kerja aja, bayar gaji bulanan, per project. Tapi biasanya bulanan. Jadi si klien ‘nanti gue bayar sebulan’, all in, budget segini lu bikin tim. tergantung kebutuhan sih,” terangnya, Selasa (2/4/2019).

Sedangkan untuk nominal pembayarannya atau nilai order bergantung pada besar kecilnya isu hingga tenaga yang dikerahkan. Dia mengaku tak bisa merinci nilai order yang biasa diterima oleh atasannya.

Meski demikian, dia memperkirakan Rp 50 juta hingga Rp 100 juta untuk tiap proyek isu. Kemudian uang tersebut akan dibagi-bagikan menjadi gaji untuk para buzzer. Untuk pekerja lapis bawah biasa menerima gaji sebesar UMR per bulan, sedangkan dia yang bertindak sebagai koordinator menerima upah lebih besar.

“Kalau tim nggak terlalu tahu pasti, karena yang pegang bos gue, waktu itu gue koordinator doang. Tergantung isu, tapi rata-rata Rp 50 juta- Rp 100 juta, sampai man power 10 orang. Nanti per orang UMR lah, Rp 3,5 juta-Rp 5 juta lah kalau buat yang di bawah. (Kalau koordinator?) Gue kemarin Rp 6 juta,” paparnya.