Virus Nipah, Berpotensi Timbulkan Pandemi Baru

Grahanusantara.co.id, Jakarta – Pandemi yang disebabkan oleh virus corona belum juga selesai, kini muncul lagi penyakit yang berpotensi untuk menyebabkan gangguan berbahaya lainnya. Penyakit yang mampu menimbulkan kontaminasi pada banyak orang ini disebut dengan virus nipah.

Virus Nipah termasuk dalam virus zoonosis, yaitu penyebarannya ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antarmanusia. Pada seseorang yang terinfeksi, hal ini dapat menyebabkan berbagai penyakit asimtomatik hingga penyakit pernapasan akut hingga ensefalitis fatal. Seseorang yang mengidapnya perlu mendapatkan penanganan segera agar tidak menyebabkan kematian.

Kelelawar buah adalah hewan reservoir dari penyakit ini, artinya bibit penyakit dapat berada di dalam tubuhnya dan menimbulkan penularan pada makhluk lainnya. Bukan hanya manusia, virus ini juga dapat menyebabkan masalah yang fatal pada hewan ternak seperti babi. Maka dari itu, seseorang yang mengonsumsi daging babi atau kelelawar berisiko untuk terserang infeksi dari virus nipah.

Infeksi yang disebabkan oleh virus Nipah (NiV) dapat menyebabkan penyakit ringan hingga berat. Gejala awal yang dapat timbul meliputi demam, sakit kepala, mialgia, muntah, hingga sakit tenggorokan. Gangguan ini dapat diikuti dengan pusing, mengantuk, masalah kesadaran, dan tanda-tanda neurologis yang mengindikasikan seseorang mengalami ensefalitis akut.

Beberapa orang juga mengalami gejala berupa pneumonia atipikal dan masalah pernapasan yang parah, termasuk gangguan pernapasan akut. Ensefalitis dan kejang umumnya terjadi pada kasus yang terbilang parah, perkembangannya menjadi koma dapat terjadi dalam waktu hanya 24 hingga 48 jam. Penanganan segera perlu dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kematian.

Masa inkubasi dari virus nipah sekitar 4 hingga 14 hari, tetapi periode inkubasi dapat terjadi selama 45 hari. Kebanyakan orang dapat sembuh total, meskipun beberapa orang tetap mengalami kondisi neurologis yang minim setelah mengalami ensefalitis akut dan kekambuhan juga dapat terjadi. Tingkat kematian dari penyakit ini diperkirakan kisaran 40-75 persen, meski tergantung respon yang dilakukan oleh pemerintah setempat.

Infeksi dari NiV dapat didiagnosis selama sakit atau setelah pemulihan dengan beberapa tes. Pada tahap awal, pengujian laboratorium dapat dilakukan dengan menggunakan RT-PCR dari usap tenggorokan dan hidung, cara yang sama terhadap virus corona. Selama penyakit terjadi dan saat pemulihan, pengujian antibodi dapat dilakukan dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).

Diagnosis dini dari infeksi virus nipah mungkin tidak mudah karena gejala awalnya tidak spesifik. Namun, deteksi dan diagnosis dini sangat penting untuk meningkatkan peluang hidup, mencegah penularan pada orang lain, hingga meredam potensi terjadinya pandemi. Jika menimbulkan gejala yang disebutkan sebelumnya dan pernah berada di daerah yang berpotensi tinggi terpapar penyakit ini, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan.

Hingga saat ini belum ada pengobatan yang tersedia untuk menangani infeksi dari virus nipah. Penanganannya masih terbatas pada perawatan suportif, seperti lebih banyak istirahat, menjaga tubuh tetap terhidrasi, dan mengobati gejala yang timbul. Segala penanganan dari penyakit ini masih dalam tahap pengembangan, seperti perawatan imunoterapi dan obat antiviral remdesivir.

Itulah pembahasan mengenai virus nipah, sumber penyakit yang dapat berpotensi menimbulkan pandemi. Maka dari itu, sangat penting untuk selalu menjaga sistem imun di dalam tubuh agar virus tidak mudah untuk menginfeksi tubuh. Praktik kesehatan juga perlu selalu diperhatikan serta menghindari konsumsi daging babi atau daging kelelawar.

Masalah yang ditimbulkan oleh virus nipah sangat mirip dengan virus corona dan metode pemeriksaannya pun sama.